Rabu, 13 April 2011

HAEMATOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN AIR

HAEMATOLOGI

                               NAMA              : ANDRITYAS SAMIR
                               NIM                  : L.221 08 266
                               KELOMPOK   : XIII (TIGA BELAS)
                               ASISTEN         : DWI SEPTIANI PUTRI
                                                          IFHAN DWINHOVEN
                                                          RIKA WULANDARI

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011


I. PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
     Fisiologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisik dan kimia yang bertanggungjawab akan asal, perkembangan, dan gerak maju kehidupan. Tiap-tiap jenis kehidupan, mulai dari makhluk hidup sederhana seperti virus yang bersel satu sampai manusia yang bersel banyak. Oleh karena luasnya bidang fisiologi maka dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus antara lain fisiologi virus, bakteri, tumbuhan, hewan dan lain-lain. Dalam fisiologis hewan mempelajari yaitu proses hematologi, anastesi dan pembedahan, osmoregulasi, konsumsi oksigen dan lain-lain (Anonim, 2011).
     Haematologi merupakan cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh (Anonim, 2011).
     Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh organisme tersebut. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi kesehatannya (Anonim, 2011).
     Sistem sirkulasi, transfortasi pada ikan dan vetebrata lainnya secara umum sama yaitu menggunakan darah sebagai medium cair pengangkut utama yang bersirkulasi membentuk sistem yang dikenal dengan sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Oleh karena hal itulah yang melatarbelakangi pentingnya praktikum hematologi (Anonim, 2011).

I.2        Tujuan dan Kegunaan
     Adapun tujuan dari praktikum hematologi ini adalah untuk mengetahui bentuk sel darah pada ikan mas koi (Carasius auratus), mengetahui jumlah volume gumpalan darah dan mengetahui jumlah sel darah (eritrosit) dan bagian-bagian eritrosit seperti sitoplasma, dinding sel dan inti sel melalui teknik pewarnaan serta mengetahui volume gumpalan darah melalui teknik pemisahan dan menghitung jumlah eritrosit
     Adapun kegunaan dari praktikum hematologi ini adalah mengetahui teknik pengambilan darah pada ikan dan mengetahui kondisi kesehatan ikan mas koi (Carasius auratus) mengetahui kondisi ikan dengan mengetahui persentase volume gumpalan darah dan sebagai bahan informasi untuk kegiatan budidaya.


II. METODELOGI PRAKTIKUM
II.1       Waktu dan Tempat
     Praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai tentang Haematologi ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7 Maret 2011 pada pukul 14.00-16.00 Wita di Laboratorium Fisiologi Hewan dan Air, Jurusan Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar

II.2       Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum Hematologi serta fungsinya
NO
ALAT
KEGUNAAN
1.
Spoit
Mengambil darah pada ikan
2.
Mikrohematokrit
Tempat dimasukkannya darah ikan yang akan disentrifugasi
3.
Objek glass
Mengamati sel darah dan jumlah eritrosit
4.
Mikroskop
Melihat bentuk dan jumlah darah
5.
Tabung reaksi
Meletakkan mikrohaematokrit yang akan disentrifugasi
6.
Haemacytometer
Menghitung jumlah sel darah merah
7.
Sentrifug
Memisahkan plasma darah dengan gumpalan darah
8.
Mistar
Menghitung panjang darah
9.
Deg glass
Menyapu darah pada objek glass
10.
Baskom
Tempat penyimpanan es batu
11.
Papan preparat
Tempat ikan pada saat mengambil sample darah

Tabel.2 bahan yang digunakan dalam praktikum haematologi adalah :
NO.
BAHAN
KEGUNAAN
1.
Metylen blue
Mengencerkan darah dan member warna pada sel darah
2.
Alkohol 70 %
Menfiksasi sel
3.
Eosin
Memberikan warna pada sitoplasma
4.
Haematoxylin
Memberikan warna pada inti sel
5.
Air tawar
Menetralkan darah
6.
Es Batu
Menganastesi ikan
7.
Paraffin
Menyumbat mikrohaematokrit
8.
Darah ikan mas koi (Carasius auratus)
Sebagai bahan pengamatan
9.
EDTA
Sebagai anti koagulan

II.3       Prosedur Kerja
1.    Teknik Pewarnaan
  1. Ambil darah ikan (dengan larutan EDTA untuk anti koagulan) sebanyak 2-3 tetes, darah diambil di sekitar jantung dengan menggunakan spoid 2 ml.
  2. Teteskan pada objek glass lalu ratakan dengan menggunakan deg glass l;alu dikeringkan sampai kering
  3. Rendam dalam alkohol 70% selama kurang lebih 5 menit (untuk proses fiksasi).
  4. Rendam dalam larutan eosin 5-10 menit gunanya untuk mewarnai sitoplasma.
  5. Rendam dalam air tawar selama 10 detil.
  6. Keringkan dan amati di bawah mikroskop
  7. Celupkan dalam larutan haematokxilin untuk mewarnai inti sel
  8. Celupkan ke dalam air tawar selama 10 detik.
  9. Keringkan dan amati di bawah mikroskop.

2.    Teknik Pemisahan Sel Darah dan Plasma Darah
  1. .Ambil darah ikan dari daerah jantung dengan menggunakan spoid ukuran 2 ml.
  2. Darah tersebut dimasukkan kedalam haematokrit.
  3. Sumbat salah satu ujungnya dengan menggunakan parafin.
  4. Masukkan dalam tabung reaksi/tabung test.
  5. Disentrifugasi dengan menggunakan sentrifuge selama 5 menit.
  6. Mikrohaematokrit dikeluarkan lalu mulai menghitung panjang darah.
  7. Hitung gumpalan darah, warna agak pekat.
  8. Hitung plasma darah warna agak bening.
  9. Hitung panjang gumpalan darah dengan rumus :

                         Panjang gumpalan darah
                           V.GD  =                                               x 100%
                      Panjang total darah
Hitung panjang /volume dengan menggunakan rumus diatas

3.    Teknik Perhitungan Total  Eritrosit
  1. Ambil darah ikan dari daerah jantung dengan menggunakan spoid 2 ml.
  2. Darah tersebut dicampurkan methyolen violet 400 ml lalu homogenkan dengan mengocok dalam spoid.
  3. Campuran dimasukkan/diteteskan dalam haemositometer secara perlahan-lahan selama 5 menit.
  4. Amati dibawah mikroskop dan mulai menghitung dengan rumus :
N x 104    dimana :      N   adalah Jumlah rata-rata kolom besar.
                                         104 adalah ketetapannya.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1   Teknik pewarnaan
     Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk teknik pewarnaan diperoleh hasil yaitu pada saat sebelum dicelupkannya larutan hematoxylin, belum ada terlihat adanya inti sel, namun setelah dicelupkan kedalam larutan hematoyilin, sudah ada terlihat inti selnya. Hal ini dikarenakan larutan hematoxylin berfungsi memberikan warna pada inti sel sehingga mudah terlihat.
     Pada gambar di atas maka disimpulkan bahwa sel darah merah (eritrosit) pada ikan mas koi (Carasius auratus) adalah berbentuk agak lonjong dimana memiliki dinding sel, sitoplasma dan inti sel dan setelah pemberian larutan haematoxylin, maka sel darah merah tampak jelas dimana setelah diberi larutan haematoxilin warna sel darah merah berubah menjadi kebiruan berarti menandakan ikan mas koi itu sudah tua dan melakukan pembelahan. Pernyataan ini didukung oleh Raharjo (1980) bahwa sel darah merah pada ikan berbentuk lonjong kecil dan berdiameter antara 7 – 36 mikron (bergantung pada spesies ikannya) di tambah oleh Fujaya bahwa sel darah merah berbentuk lonjong dan berdiameter 11 – 14 mikron, memiliki inti dengan ratio volume sel dan inti adalah 3,5 – 40.
     Pada teknik pewarnaan darah diambil dan dihomogenkan dengan larutan EDTA sebagai anti koagulan dan pemfiksas\ian dengan alkohol agar darah tetap kelihatan segar tidak terjadi perubahan. Darah direndam dengan menggunakan akuades, selanjutnya darah direndam dengan menggunakan larutan eosin untuk mengamati sitoplasma untuk melihat inti sel. Kemudian darah direndam dengan menggunakam larutan hamatoxilin, dan membilas darah tersebut dengan akuades untuk diamati di bawah mikroskop.
      Dari teknik pewarnaan diperoleh hasil yaitu pada saat sebelum dicelupkannya larutan hematoxilin, belum ada terlihat adanya inti sel, namun setelah dicelupkan kedalam larutan hematoxilin, sudah ada terlihat inti selnya. Hal ini dikarenakan larutan hematoxilin ini memberikan warna pada inti sel sehingga mudah terlihat. Bentuk darah bulat lonjong.

III.2  Teknik pemisahan sel darah dan plasma darah
     Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Panjang Total Darah
1,2 cm
Panjang Gumpalan Darah
4,2 cm
Volume Gumpalan Darah
28,57 %

                                                       



                                             Panjang gumpalan darah
V.GD  =                                                           x 100%
                            Panjang total darah

                        1,2
            =                     x 100%
                                                4,2
                                    =   28,57 %

     Setelah sel darah pada ikan mas koi (Carasius auratus) plasma darah (sentrifugasi) yang diletakkan pada mikrohaematokrit dan dilakukan pengukuran, maka diperoleh data bahwa panjang total darah yaitu 2 mm, panjang gumpalan darah yaitu 3,7 mm, serta volume gumpalan darah yaitu mencapai 54,05 %. Hal ini dapat di simpulkan  bahwa ikan tersebut dalam keadaan stress bahkan sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Djawad  dkk, (2009) bahwa apabila volume gumpalan darah lebih dari 30 % maka ikan tersebut kemungkinan dalam keadaan sakit atau stress (Djawad, 2009).
     Apabila darah diambil tanpa menyebabkan luka atau dari ikan yang tidak terganggu maka darah tersebut dapat bertahan sampai kurang lebih 1 jam tanpa adanya penggumpalan darah. Percepatan penggumpalan darah antara lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah keping darah atau trombosit pada peredaran darah. Meskipun trombosit tidak umum terdapat di dalam darah pada situasi normal, tetapi bila yang mengejutkan adalah jumlah trombosit dapat meningkat tajam. Trombosit tambahan dilepaskan dari tempat penyimpanannya, mungkin pada limpa. Darah ikan lebih cepat menggumpal yakni antara 20-30 detik sedangkan pada manusia berlangsung antara 7-8 menit (Fujaya, 2004).
     Darah terdiri dari dua komponen besar yaitu sel darah dan plasma darah. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda sedangkan komponen dari plasma juga terdapat ion-ion organik dan aneka komponen organik untuk fungsii metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadang terpisah dan kadang bergabung (Fujaya, 2004).

III.3 Teknik menghitung jumlah total eritrosit

No
Kotak
Jumlah eritrosit
1.
I
37
2.
II
45
3.
III
16
4.
IV
37

Jumlah
135

    Cara menghitung eritrosit darah :
           =        Jumlah total eritrosit           x      104
                       Banyaknya kotak
          
           =         135          x     104
                              4
           =        33,75    x   104  atau 337500 mm3

     Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan terhadap jumlah total eritrosit dalam darah ikan mas koi (Carasius auratus) yang telah diamati berjumlah 55.000 sel/ml dapat dikatakan normal. Pernyataan ini didukung oleh Rahardjo (1980) yang menyatakan bahwa jumlah eritrosit tiap mm3 berkisar antara 20.000 - 3.000.000 sel/ml dan pengangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat di dalam eritrosit. 
      Fungsi dari sel darah merah itu sendiri adalah untuk mengangkut hemoglobin yang berperan dalam membawa oksigen dan insang atau paru-paru ke jaringan. Pada beberapa binatang tingkat rendah, hemoglobin beredar sebagai protein bebas dalam plasma, tidak terbatas dalam sel darah merah selain mentranspor hemoglobin, sel darah merah juga mengandung asam karbonat dalam jumlah besar yang berfungsi untuk mengkatalis  reaksi antara karbondioksida dan air. Dengan demikian darah dapat bereaksi dengan karbondioksida dan mentransfornya dari jaringan ke insang (Fujaya, 2004).
     Jumlah eritrosit pada masing-masing spesies ikan berbeda-beda, tergantung dari aktivitas ikan itu sendiri. Misalkan pada ikan yang memiliki aktivitas tinggi seperti ikan predator blue marlin (Makaira nigricans) memiliki hematokrit 43% dan mackerel 52,5%, sedangkan pada ikan nototheniid (Pagothenia bermacchii) hanya 21% (Fujaya, 2004).


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1  Kesimpulan
     Setelah melakukan praktikum haematologi maka dapat disimpulan hal-hal sebagai berikut :
1.    Bentuk eritrosit pada ikan mas koi (Carasius auratus) berbentuk agak lonjong, dan mempunyai inti sel di tengahnya serta memiliki sitoplasma dan dinding sel.
2.    Volume gumpalan darah 28,57 %, ini menandakan bahwa ikan mas koi (Carasius auratus) tersebut dalam keadaan sakit atau stress.
3.    Jumlah eritrosit pada ikan mas koi (Carasius auratus) yang diamati berjumlah 33750 sel/ml. jumlah ini biasa dikatakan tidak normal.

IV.2  Saran
     Adapun saran saya untuk praktikum ini adalah sebaiknya dalam pelaksanaan  praktikum, konsistensi dan efisiensi waktu lebih ditingkatkan lagi supaya kami dapat selesai tepat waktu.
     Saran kepada Asisten semoga kedepannya lebih baik dalam memberikan bimbingan sebelum praktikum sehingga praktikan tidak bingung dalam melakukan praktikum diloratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Hematologi/http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diakses tanggal 16 Maret 2011) Makassar.

Anonim, 2011. Perikanan/http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diakses tanggal 16 Maret 2011) Makassar

Djawad, M.Iqbal, Irfan Ambas, Yusri Karim. 2003. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas Hasanuddin. Makassar

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan “Dasar Pengembangan Teknik Perikanan”. PT. Rieneka Cipta. Jakarta

Rahardjo, M.F. 1980. Ichtyologi. Dept. Biologi Perairan. Fak. Perikanan Institute Pertanian Bogor.

Senin, 11 April 2011

Manfaat Ikan untuk Kesehatan


SETELAH mengetahui ikan mempunyai kandungan gizi sangat banyak, maka ikan perlu diperhitungkan sebagai sumber zat gizi yang penting. Pola kebiasaan makan ikan seperti pada masyarakat Eskimo dan Jepang memberi petunjuk kuat atas sangat rendahnya kejadian penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya pada masyarakat tersebut.

Penelitian pada kelompok masyarakat yang mengkonsumsi ikan secara kontinyu dan ikan menjadi pangan dominan seperti pada orang Eskimo menunjukkan, jenis lemak di dalam ikan (asam linoleat) setelah melalui proses metabolisme dalam tubuh manusia akan menghasilkan asam lemak yang kemudian dikenal dengan nama omega 3./index.htm

Omega 3 yang terdapat pada ikan mencegah penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Bahkan ada indikasi masyarakat yang gemar mengkonsumsi ikan memiliki umur harapan hidup rata-rata lebih panjang daripada masyarakat yang kurang mengkonsumsi ikan.

Secara sederhana dapat dijelaskan, karakteristiknya yang unik menyebabkan omega 3 mampu mencegah dan mengurangi penumpukan kolesterol dan melekatnya bintik-bintik darah pada dinding pembuluh darah yang merupakan sebab utama timbulnya serangan jantung dan stroke yang mematikan.

Omega 3 selain bisa menurunkan kadar kolesterol darah juga bisa mengatasi beban penderita penyakit asma, rematik, penyakit kulit, komplikasi diabetes dan kanker payudara.

Bahkan pertumbuhan sel otak manusia sangat tergantung pada kadar omega 3 secara cukup sejak bayi dalam kandungan sampai balita. Bila pada masa tersebut cukup tersedia omega 3 maka anak tersebut akan tumbuh dengan potensi kecerdasan maksimal. Karena alasan itu, sejak ibu hamil perlu mengkonsumsi ikan dalam jumlah cukup sampai bayi yang dikandungnya lahir.


Setelah bayi bisa makan nasi tim perkenalkan ikan sampai usia selanjutnya. Banyak penelitian tentang peranan minyak ikan dalam menurunkan risiko penyakit jantung. Di dalam minyak ikan ada asam lemak tidak jenuh omega 3 terutama yang disebut eikosapentaenoat (EPA) dan dakosaheksaenoat (DHA).

Percobaan pada hewan maupun manusia membuktikan keduanya dapat menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan lipoprotein darah. Dengan demikian minyak ikan dapat menurunkan risiko terjadinya aterosklerosis. Asam-asam lemak tidak jenuh yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti minyak jagung, minyak kacang, minyak kedelai, dan sebagainya juga mempunyai pengaruh serupa.

Namun, minyak ikan mempunyai kelebihan dan keunikan terutama pada kasus kadar lemak darah tinggi yaitu bisa menurunkan lemak darah tersebut. Selain ikan bermanfaat untuk kesehatan jantung, ikan juga mengandung kalori rendah sehingga bagi orang-orang yang sedang mengikuti program diet penurunan berat badan mengkonsumsi ikan bermanfaat ganda asal diolah dengan sedikit lemak.

Selain manfaat ikan untuk kesehatan, perlu diketahui pula kandungan histamin pada jenis ikan seperti tongkol, kembung, cakalang, dan tuna secara alami yang bisa menyebabkan keracunan. Keracunan itu tidak hanya disebabkan oleh kelompok ikan yang secara alami sudah mengandung histamin tetapi juga bisa disebabkan oleh ikan lain yang kurang segar mutunya. Makin tinggi tingkat kerusakan ikan, makin banyak histamin yang terbentuk pada ikan. Konsumsi histamin dalam jumlah rendah (8-10 mg) tidak membahayakan.

Gejala keracunan akan timbul apabila mengkonsumsi 70 sampai 1000 mg histamin. Gejala keracunan yang tampak adalah muntah-muntah, bibir bengkak, sakit kepala, mual, muka kemerah-merahan, gatal-gatal, dan badan lemas. Meskipun histamin bisa membuat keracunan, namun belum ada kejadian keracunan bisa mematikan. Karena itu perlu upaya makan ikan yang kesegarannya terjamin.

Jangan disamakan alergi terhadap ikan dengan keracunan oleh ikan karena munculnya gejala yang sama. Keracunan bisa dihindari tetapi alergi tidak bisa dihindari. Karena itu biasanya orang yang alergi ikan setelah makan ikan menelan pil antihistamin supaya tidak ada reaksi alergi. Untuk menghindari keracunan ikan, belilah ikan yang segar, segera buang isi perut sebelum diolah dan bila tidak segera dikonsumsi simpan di freezer.

Upaya ini juga untuk menghindari tumbuhnya bakteri pembusuk karena jumlah histamin ikan dipengaruhi jumlah bakteri pada ikan tersebut. Kita perlu terus mengkonsumsi ikan mengingat manfaatnya sangat banyak untuk kesehatan tubuh.

Manfaat makan ikan antara lain menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar trigliserida darah, meningkatkan kecerdasan anak dan meningkatkan kemampuan akademik, menurunkan risiko kematian karena penyakit jantung, mengurangi gejala rematik, dan menurunkan aktivitas pertumbuhan sel kanker

Nah, marilah kita manfaatkan ikan dalam menu sehari-hari dengan motto "tiada hari tanpa ikan" supaya keluarga sehat.

Cakalang Pampis (Sulawesi Utara)



Bahan dam bumbu :

* 1 ekor ikan cakalang (tongkol)
* 5 bh bawang merah
* 2 siung bawang putih

* 1 ruas jahe
* 15 bh cabe rawit
* 5 bh cabe merah
* ¼ ltr minyak kelapa, untuk menumis
* Garam secukupnya
* Sereh secukupnya
* Daun bawang secukupnya

Cara membuat :

* Ikan cakalang dibersihkan, dikukus lalu dibersihkan dari tulang-tulangnya, lalu ikannya disuwir-suwir.
* Bawang merah, bawang putih, jahe, cabe rawit, cabe merah semuanya dihaluskan.
* Sereh dimemarkan, daun bawang diiris tipis-tipis.
* Bumbu yang telah dihaluskan ditumis hingga harum, lalu tambahkan sereh, daun bawang.
* Setelah bumbunya agak matang, tambahkan ikan cakalang yang sudah disuwir, aduk hingga rata dan masak hingga kering.
* Angkat. Sajikan dengan nasi hangat

Selasa, 01 Maret 2011

LAPORAN PRAKTIK LAPANG KULTUR IKAN HIAS

LAPORAN PRAKTIK LAPANG
KULTUR IKAN HIAS

CARA PEMBUATAN AKUARIUM DAN CARA PEMELIHARAAN IKAN HIAS

OLEH :

NAMA : ANDRITYAS SAMIR
NIM : L 221 08 266
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : RUQAYYAH JAMALUDDIN

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN ERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2010


I.PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau ±17.507 buah pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Indonesia dikenal sebagai Negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodervisity) laut terbesar di dunia karena memiliki ekosistem-ekosisitem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang sangat luas dan beraneka ragam (Lampe, 2008).
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang bersifat dinamis, dimana setiap waktu selalu berkembang dengan penemuan-penemuan baru yang berhubungan dengan pengelolaan, penangkapan, pembudidayaan dan sampai ke proses pemasaran. Jika tidak ada pengetahuan dasar fisiologi oleh ilmuan, maka keadaannya tidak akan berkembang seperti sekarang (http://www.musida.web.id/indo, 2010).

Ikan merupakan salah satu fauna khas dari lahan basah. Perairan air tawar, payau atau asin merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan. Ikan karang merupakan ikan yang hidup, berkembang biak dan mencari makan di sekitar karang. Karang ikan pada umumya berukuran kecil dan relatif tidak berpindah-pindah dan sebagian besar merupakan ikan hias. Potensi ikan karang yang melimpah dan memiliki nilai ekonomis tinggi serta merupakan komoditi ekspor mendorong eksploitasinya secara besar-besaran, yang dapat mengancam kelestariannya. Meskipun sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali namun sifatnya yang terbatas sehingga perlu pengelolaan bijaksana , terkendali dan terencana dengan baik (http://soegiono.dikhut.blogspot.com/bahan_ajar_ikan_karang.html, 2010).

Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Jenis-jenis ikan tersebut antara lain jenis siklid, platis, lemon, cupang, black ghost, manvis, palmas, guppy, diskus, oscar, arwana dan masih banyak lagi lainnya. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya (http://choirul_how.ikan_hias.html, 2010). Oleh karena itulah praktik lapang kultur ikan hias dilaksanakan

Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dilakukannya praktik lapang kultur ikan hias adalah untuk mengetahui secara langsung teknik dan metode budidaya yang digunakan pada lokasi yang dikunjungi dalam praktik lapang.
Adapun kegunaan dilakukannya praktik lapang kultur ikan hias adalah agar mahasiswa mampu mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di lapangan dan menambah informasi mengenai kultur ikan hias.
Waktu dan Tempat
Praktik lapang kultur ikan hias dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu, tanggal 13-14 November 2010 pukul 10.00 Wita di Fakultas Ilmu Kelautan dan perikanan, Universitas Hasanuddin, PT.Rezky Bahary dan Pasar Hobi, Makassr, Sulawesi Selatan

Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pembuatan akuarium ini dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Metode Praktik
A.Metode praktik pada cara membuat akuarium :
•Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
•Memotong lembaran kaca sesuai dengan keingingan. Gosok tepi-tepi potongan kaca tersebut dengan batu asahan atau gurinda untuk menghaluskan pinggiran kaca yang tajam.
•Menghaluskan ujung kaca dengan cara potongan kaca. Selanjutnya permukaan kaca tersebut, terutama bidang permukaan yang akan direkat dibersihkan dari berbagai kotoran.
•Menempelkan lem kaca (lem silicon) pada bidang pertemuan potongan kaca.lem kaca.
•Bila lem sudah terpasang dengan baik kaca bagian sisi kecil bias diasang
•Kedua sisi lainnya selanjutnya bisa dipasang.
•Setelah semua kaca menempel, jaga posisi mereka dengan menggunakan "plak band". Biarkan dalam kondisi demikian hingga lem mengering
•Setelah bagian dalam sambungan antar kaca perlu dilapisi dengan lem, untuk mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran akibat perekatan yang tidak sempurna sebelumnya. Lakukan hal ini dengan hati-hati agar hasil akhirnya rapi tetapi kuat.
•Bila diperlukan, bagian dalam dan atas kaca bisa diperkuat dengan potongan kaca sedemikian rupa. Kaca penguat ini bisa juga berfungsi sebagai dekorasi.

B.Metode praktik lapang kultur ikan hias
•Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan
•Berkenalan dengan pemilik lokasi
•Bertanya kepada pemilik lokasi
•Mencatat apa saja yang ditanyakan kepada pemilik lokasi

Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam praktik lapang kultur ikan hias adalah:
1.Data primer adalah data yang diperoleh lansung dari narasumber maupun dari lembaga yang terkait dsb.
2.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tinjauan pustaka dan berbagai literature lainnya.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam praktik praktik lapang kultur ikan hias adalah:
1.Interview
Kegitan ini dilakukan dengan wawancara lansung kepada narasumber, bertanya langsung kepada penjual atau penjaga toko ikan hias.
2.Observasi
Observasi merupakan kegiatan dengan kunjungan langsung ke toko penjualan ikan hias.
3.Pencatatan data
Dilakukan dengan melakukan pencatatan data sesuai hasil observasi dan Interview.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi pratik lapang melalui pengamatan di lokasi pertama dan kedua.
Lokasi pertama praktik
No. Jenis peliharaan
1. Nama pemilik/Perusahaan CV. Rezki Bahari
2. Lokasi Jalan tol
3. Jenis ikan / tumbuhan air yang dijual Coral
4. Asal ikan / tumbuhan air yang dijual Dari nelayan
5. Tumbuhan air yang dijual Coral
6. Cara penanganan ikan / tumbuhan air Langsung diletakkan di kolam
7. Perlengkapan / peralatan yang digunakan Pompa air

Pembahasan
Pembuatan Akuarium
Adapun hasil dan pembahasan dari praktik lapang pembuatan akuarium adalah :
Konstruksi Akuarium
Konstruksi wadah akuarium sangat bergantung pada desain yang akan dikerjakan berdasarkan bentuk akuarium yang diinginkan. hal ini sesuai dengan Anonimous (2010) bahwa bentuk akuarium yang biasa digunakan sebagai wadah budidaya ikan antara lain adalah akuarium segiempat, akuarium trapesium, akuarium segi-delapan, akuarium segi-enam, akuarium botol dan akuarium ellips.
Setelah merencanakan bentuk akuarium kaca yang akan dibuat, langkah selanjutnya menentukan ukuran kaca yang akan dipergunakan untuk membuat akuarium. Ukuran kaca yang akan digunakan biasanya berkisar antara 3 mm – 16 mm. Sebagai acuan dalam membuat akuarium, ukuran kaca yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. ukuran kaca
Tebal kaca (mm) Panjang akuarium (cm) Lebar akuarium (cm) Tinggi akuarium (cm)
3 30 20 20
3 40 20 30
3 50 30 30
5 70 35 35
5 80 40 40

Untuk kaca yang akan digunakan sebagai dasar akuarium ketebalannya ditambah 0,5–1 mm, hal ini sesuai dengan Anonimous (2010) bahwa untuk kaca yang akan digunakan sebagai dasar akuarium sebaiknya ketebalannya ditambah 1 – 2mm. Setelah menentukan bentuk dan ukuran kaca yang akan dipergunakan untuk membuat akuarium maka langkah selanjutnya adalah memotong kaca. Kaca yang dipergunakan untuk membuat akuarium masih dalam bentuk lembaran kaca. Ada beberapa dalam memotong kaca antara lain adalah :
•Letakkan lembaran kaca pada meja kerja, meja kerja harus dalam keadaan datar dan bersih. Hal ini untuk menghindari terjadinya keretakan kaca yang akan dipergunakan.
•Ukuran kaca yang akan dipotong ini disesuaikan dengan bentuk akuarium yang akan dibuat. Dalam membuat potongan-potongan kaca, lembaran kaca dibuat polanya terlebih dahulu dengan menggunakan spidol dan penggaris besi. Pola yang sudah dibentuk dapat langsung dipotong.
•Untuk memotong kaca gunakan alat pemotong kaca
•Setelah kaca terpotong, bagian pinggir dari potongan-potongan kaca harus dihaluskan dengan gerinda atau batu asahan karborondum.

Perakitan Akuarium


Dalam membuat akuarium, ada beberapa hal yang harus dikuasai agar akuarium yang dibuat tidak bocor dan tahan lama, yaitu dengan; merancang/mendesain akuarium, memotong kaca, merakit akuarium dan melakukan uji coba terhadap akuarium tersebut.

Akuarium yang akan dirakit, langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan kaca sebagai dasar utama pembuatan akuarium. Kaca yang akan dirakit menjadi akuarium ini sudah dalam bentuk potonganpotongan kaca yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran akuarium yang akan dibuat. Sebelum dirakit kaca-kaca tersebut sebaiknya dilakukan penggosokan dengan menggunakan batu asahan karborundum atau gerinda. Anonimous (2010) hal ini bertujuan agar akuarium yang dibuat tidak berbahaya bagi pemakainya. Kaca-kaca yang telah dihaluskan seluruh bagian pinggirnya dengan gerinda ini telah siap untuk dirakit. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat dan bahan lainnya yaitu:
•Lem kaca, yang digunakan adalah lem silikon yaitu lem khusus untuk merekatkan kaca agar melekat dengan baik dan tidak bocor.
•Alat tembak lem silicon, berfungsi untuk memudahkan pembuat akuarium dalam merakit akuarium.
•Lakban, yang digunakan dalam merakit akuarium sebaiknya lakban plastik yang berwarna coklat atau hitam. Lakban ini berfungsi untuk membantu berdirinya kaca dengan kaca lainnya agar tidak bergeser yang memudahkan dalam pemberian lem kaca.

Pada saat menempelkan lem silicon ke kaca sebaiknya ketebalan lem pada seluruh permukaan kaca sama. Hal ini akan membuat ketebalan lem sama pada setiap sudut . Setelah seluruh kaca terakit menjadi akuarium, langkah selanjutnya adalah mengeringkan akuarium tersebut minimal selama 24 jam agar lem silikon tersebut benar-benar kering.

Langkah terakhir dalam merakit akuarium adalah melakukan uji coba terhadap akuarium tersebut. Ujicoba tersebut dilakukan dengan mengisi air ke dalam akuarium selama 24 jam dan perhatikan apakah ada bagian yang bocor.

Budidayakan Ikan Hias
Adapun pembahasan dalam mebudidayakan ikan hias yaitu, terdapat banyak jenis ikan hias yang dbudidayakan dalam akurium air tawar pada praktik lapang di pasar hobby diantaranya yaitu :
1.Ikan Arowana (Scleropages sp.)


a.Morfologi
Termasuk dalam famili Osteoglasidae atau famili ikan ‘bony -tongue’ (lidah bertulang), ukuran tubuhnya besar , tubuhnya memanjang ramping dan ‘stream line’ dengan gerakan renang yang sangat anggun, di alam memiliki warna yang bervariasi dari hijau, perak sampai merah, memiliki 2 buah sungut yang terletak di bagian bibir bawah.

b.Syarat hdup
pH netral sampai agak masam (6,0-7,0), kesadahan rendah (8 °), suhu 26°-30°C, pencahayaan, sebaiknya di area terang tanpa sinar matahari secara langsung, sensitif terhadap perubahan kualitas air terutama terhadap peningkatan kadar amonia, nitrit dan nitrat, tempat pemeliharaan kolam tanah dan dalam akuarium. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimous (2010) menyatakan bahwa Ikan Arowana (Scleropages sp.) membutuhkan lingkungan yang yang sesuai dengan habitat aslinya

c.Jenis pakan
Jenis pakan yang biasa diberikan berupa pakan buatan / pellet. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimous (2010) bahwa pakan berupa pakan buatan / pellet nilai nutrisi yang terkandung didalamnya telah disesuaikan dengan kebutuhan gizi kultivan budidaya.

d.Pemijahan
oPerbedaan jenis kelamin jantan & betina
•Arwana jantan memiliki tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dengan rongga besar untuk tujuan inkubasi telur, dan warna lebih mencolok daripada betina
•Ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifatnya pun lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.
•Induk betina mempunyai. Ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ovarium besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm.
•Induk jantan dewasa mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis (http://www.budidaya-ikan-arwana.html)
2.Ikan Manvis (Pterophyllum scalarae)


a.Morfologi
Memiliki warna dan jenis yang bervariasi, bentuk tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah, sirip perut & sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga tampak sebagai busur yang berwarna gelap & transparan, pada bagian dada terdapat 2 buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke bagian ekor

b.Syarat hidup
Tempat pemeliharaan : Kolam dan akuarium, pH 6,8-8,2, suhu 24°-26°C, air yang digunakan ada air jernih yang telah diendapkan selama lebih kurang 24 jam. Anonimous (2010) menyatakan bahwa Ikan Manvis (Pterophyllum scalarae) membutuhkan lingkungan yang sesuai dengan habitat aslinya

c.Jenis pakan yang dberikan
Jenis pakan yang biasa diberikan berupa pakan buatan / pellet. Anonimous (2010), Ikan Manvis (Pterophyllum scalarae) Tergolong mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber, pakan untuk induk yaitu jentik nyamuk, cacing Tubifex, atau Chironomous, pakan untuk larva nauplii Artemia sp. dan cacing Tubifex

d. Pemijahan
•Perbedaan jantan dan betina :
Induk jantan ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan induk betina. Kepala induk jantan terlihat agak besar dengan bagian antara mulut ke sirip punggung berbentuk cembung, serta bentuk badan lebih ramping dibandingkan dengan ikan betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimous (2010) menyatakan bahwa sementara induk betina dicirikan oleh ukuran tubuh yang lebih kecil dan bentuk kepalanya yang lebih kecil dengan bagian perut yang lebih besar/gemuk serta terlihat agak menonjol

CV. REZKY BAHARI

Nama dari perusahaan yang di kunjungi pada praktek lapang kultur ikan hias yaitu CV. Rezky Bahari.
Kegiatan praktek lapang Kultur Ikan Hias ini dilaksanakan pada hari minggu 14 November 2010.
Jenis yang yang dibudidayakan yaitu koral yang terdiri dari kurang lebih 32 jenis koral. Contohnya yaitu karang jerawat merah, karang otak, karang piring, karang donat, dan karang nenas. Karang (koral) Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas. Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral. Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi dan kemudian terjadi penempelan pada dasar-dasar terumbu (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).

Asal koral yang dibudidayakan yaitu berasal dari Makassar, Bali, serta para nelayan. Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).

Cara transportasi dan penanganan koral yang dijual yaitu melalui pesawat udara, dimana koral yang tiba langsung dimasukkan ke dalam akuarium, karena koral tidak dapat bertahan dengan waktu lebih dari 24 jam dalam proses pengiriman. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine) Perlengkapan dan peralatan yang digunakan yaitu Pisau, baskom, keranjang, pompa air, akuarium, dan bak budidaya (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).

Treatment Air
Jenis sirkulasi air yang di gunakan pada budidaya koral ini yaitu sistem resirkulasi air. Frekuensi penggantian air dilakukan setiap minggu atau pada saat air keruh diganti sekitar 50%. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini harus diperhatikan sebab hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).

Jenis filter yang di gunakan dalam kegiatan pembudidayaan ini yaitu filter dengan menggunakan karang secara biologis. Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20ÂșC (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).

Komposisi dan susunan bahan filter yang di gunakan terdiri dari pecahan karang, pecahan karang dalam karung, dan sponge. Karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami, selain itu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).
Manajemen Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan yaitu berupa detritus Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik) (http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, 2010).

Hama dan Penyakit
Mortalitas yang sering terjadi yaitu sekitar 5%. Hal ini di sebabkan oleh masalah transportasi yang kurang mendukung sehingga koral banyak yang tidak dapat bertahan hidup setelah tiba di tempat pembudidayaan. Finansial

Keuntungan yang di peroleh setiap bulan pada kegiatan pembudidayaan koral ini yaitu sekitar kurang lebih Rp. 5.000.000,- /bulan. Kendala yang dihadapi pada kegiatan pembudidayaan ini yaitu tidak adanya transportasi langsung ke Eropa, Uni Eropa, Amerika serta transportasinya tidak boleh lebih dari 24 jam. Selain itu masalah lain yang di hadapi adalah musim yang tidak sesuai dengan permintaan luar negeri.

IV. PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang di peroleh pada kegiatan praktek lapang Kultur Ikan Hias yaitu
•Ikan Hias merupakan komponen komersial yang penting di budidayakan untuk kebutuhan estetika dan pemeliharaan lingkungan.
•Dalam membudidayakan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis ikan hias mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, baik dari segi morfologi, kebiasaan makan, proses reproduksi, dan cara pembudidayaannya.
•Akuarium merupakan suatu wadah budidaya satwa dan tumbuhan air (biasanya ikan, namun dapat juga ditemukan invertebrata, amfibi, mamalia laut dan reptil) ditampung, dan digunakan untuk display publik yang dalam pembuatannya membutuhkan ketelitian agar dapat dijadikan sebuah wadah pembudidayaan.
SARAN
Saran untuk mata kuliah Kultur Ikan Hias yaitu agar dapat memanfaatkan waktu perkuliahan dengan efisien sehingga jadwal perkuliahan dapat dimanfaatkan dengan baik.
Saran untuk asisten yaitu hendaknya dapat mempermudah praktikan dalam penyusunan laporan dengan tetap berpedoman pada proses penyusunan laporan yang baik dan benar.


Daftar Pustaka
Anonimous, 2010. Diakses melalui (http://id-id.facebook.com /note.php?note_ id =3 59 05514763). Pada tanggal 20 November 2010. Makassar
Anonimous, 2010. Diakses melaui ( http://zonaika n.wordpress.com /201 0 0 3/26 konstruksi -akuarium/). Pada tanggal 20 November 2010. Makassar
Anonimous, 2010, 2010. Diakses melalui (http://www.budidaya-ikan-arwana.html).
Pada tanggal 20 November 2010. Makassar
Anonimous, 2010. Diakses melalui (http://www.budidaya-ikan-guppy.hml). Pada
tanggal 20 November 2010. Makassar
Evy, Ratna dkk, 2001. Usaha Perikanan Di Indoneaia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Lampe, 2008. Wawasan Sosial Budaya Bahari. UPT-MKU. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Andrityas © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute